Sunday, May 13, 2007

emansipasi seks dan ekonomi

Dulu pada jaman masyarakat yang primitif, sifat wanita sangat mempengaruhi kebudayaan. Kebudayaan mereka berkisar sekitar mengasuh anak , mencari makan, dan menata rumah . wanita bekerja di ladang , dan bercocok tanam . sedangkan laki – laki mempunyai tanggung jawab lebih ringan . mereka hanya bertugas mencari perburuan, mengikuti upacara – upacara, dll. Kini perubahan – perubahan telah terjadi, baik itu, perubahan – perubahan di bidang social, pendidikan, dan sikap seksual pada masa sekarang, yang membuat posisi wanita dan pria tidak jelas. Wanita sedikit demi sedikit mampu mengambil peran dan tanggung jawab yang hampir sama dengan kaum pria, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, seperti beberapa wanita yan bergelut di bidang politik, militer, dan industri. Para kaum hawa semakin menyuarakan gender di semua lini, entah itu seks atau social ekonomi.



Emansipasi social dan ekonomi yang menjadi lagu dari kaum hawa, ternyata berimbas pada kau hawa itu sendiri. Mereka semakin tertekan, khususnya bagi kaum hawa yang mempunyai pasangan yang tidak mau mengerti atau menolak pandangan – pandangan kaum kekasih adam itu. Kaum hawa dimata laki – laki, adalah wanita yang hanya bertugas mengatur rumah tangga, dan membesarkan anak – anak, serta pemuas nafsu sang laki – laki, karena menurut sebagian laki – laki wanita adalah orang yang tidak perlu tahu seks , karena cenderung relatif pasif, dan jarang memulai seks, dan tidak mau pernah terang – terangan manuntut kepada kaum pria. Itu dari seks tapi dari segi ekonomi wanita semakin terhimpit karena laki – laki sekarang tidak mau tahu kebutuhan rumah tangga apabila sang istri ikut berkerier juga, imbasnya sang istri harus mempunyai peran ganda di dalam rumah harus bertanggungjawab dengan kebutuhan rumah tangga dan mendidik anak, dan di luar sang istri harus bekerja keras untuk mencari nafkah.

Untuk itu penulis berkesimpulan bahwa emansipasi yang sering sekali didengung- dengungkan oleh kaum hawa di semua lini belum tepat saat ini, penulis lebih sepakat jika emansipasi di lakukan dengan metode pendekatan baru tentang hubungan pria dan wanita , dan ini harus di mulai sejak kecil. Anak – anak diajarkan untuk menerima , bahwa tugas rumah tangga harus dikerjakan bersama – sama , seperti ayah dan ibu di tempat tidur. Sehingga suatu saat nanti posisi wanita setidak –tidaknya hampir menyamai posisi laki – laki. Untuk sesama kaumlaki – laki marilah untuk mengerti posisi masing – masing, jangan egois dan tinggal diam dan terkesan apatis, peran dan tanggung jawab bukan sekedar mencari nafkah untuk keluarga tapi lebih dari itu, keluarga sangat mendambakan sosok laki – laki yang bisa memberi kebahagiaan bukan dari segi materi, tetapi dari segi perhatian dan pengertiaan, yang harus mengetahui kebutuhan dan keinginan pasangannya dengan penuh pengertian dan cinta Jadikanlah wanita sebagai wanita yang masih menikmati hidup, bahagia, serta pribadi yang memiliki haknya sendiri, dan tetap menarik secara seksual bagi pasangannya, serta tanggap terhadap kebutuhan pasangannya pula. Ingat wanitalah yang melahirkan tapi tidak berarti wanitalah yang harus memikul beban itu sendiri, untuk mendidik dan membesarkan sang buah hati, sebagai laki yang bertanggungjawab disinilah peran kita untuk bersama – sama sang istri, bahu membahu, mendidik anak – anak kita supaya menjadi generasi penerus , yang mempunyai intelektual yang tinggi.

Yakin usaha sampai……………………………….



2 comments:

Unknown said...

LUMAYAN JUGA ARTIKELNYA. SALAM KENAL SAYA NARUTO. KAMU AMBIL JURUSAN KEDOKTERAN OR FARMASI?

Unknown said...

LUMAYAN JUGA ARTIKELNYA

Google